Pengimplementasian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ditentukan oleh Mindset Pegawai

Pengimplementasian Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ditentukan oleh Mindset Pegawai

Berlangsungnya masa revolusi industri 4.0 memaksa semua organisasi tidak mampu hindari Kedatangan pc didalam pekerjaan sehari-hari, juga tempat tinggal sakit. Meningkatnya aktivitas pengelolaan tempat tinggal sakit berimbas terhadap keperluan proses yang mampu mendukung proses pengelolaan tempat tinggal sakit.

Maka, hadirlah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS). Sistem Informasi tersebut punya tujuan untuk mendukung pengelolaan tiap tiap departemen didalam tempat tinggal sakit. Namun, meski manfaat SIMRS udah lengkap dan mampu mengatasi segala pekerjaan didalam pengelolaan tempat tinggal sakit. Seringkali keberadaan SIMRS jadi menjadi beban untuk para pegawai. Maka berasal dari itu, harus sebuah evaluasi untuk paham apa yang mendasari keberhasilan implementasi SIMRS di sebuah tempat tinggal sakit.

Untuk paham segi apa saja yang mendasari para pegawai tempat tinggal sakit didalam menerima keberadaan SIMRS dan juga keinginan pegawai didalam memakai SIMRS, dosen Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin Muhammad Noor Fakhruzzaman, S.Kom., MS., berkolaborasi dengan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Dr. Thinni Nurul Rochmah, M.Kes. dan Tito Yustiawan, drg., M.Kes. lakukan penelitian fungsi mengidentifikasi segi psikologis yang mempengaruhi pegawai Rumah Sakit. Utamanya didalam proses penerimaan keberadaan SIMRS dan juga segi yang mendasari keinginan pegawai didalam memakai SIMRS memilih aplikasi simrs .

Penelitian Davis terhadap 1989 mengenai Technology Acceptance Model (TAM) menyatakan bahwa pengguna teknologi (pegawai tempat tinggal sakit, Red) bakal memakai sebuah proses baru. Jika persepsi mereka baik terhadap manfaat proses dan gampang terhadap kemudahan didalam memakai sistem. TAM ini merupakan sebuah ekstensi berasal dari teori psikologi bernama Theory of Reasoned Action oleh Fishbein dan Ajzen th. 1967. Teori tersebut menjelaskan bahwa tiap tiap tindakan manusia tetap mengacu terhadap sikap manusia tersebut terhadap tindakan yang dia lakukan. Serta keinginan manusia tersebut didalam lakukan tindakan tertentu. Sehingga, type TAM terlalu sesuai untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasari penerimaan pegawai terhadap SIMRS.

Penelitian ini berjalan dengan menyebar kuesioner online terhadap pegawai tempat tinggal sakit di Jawa Timur dan DKI Jakarta terhadap Juli 2019. Survei tersebut berhasil menggaet 400 respons, lantas mengaplikasikan Structural Equation Modeling untuk fase analisis. Sehingga relasi berasal dari tiap tiap segi didalam Technology Acceptance Model bakal muncul efeknya. Penelitian ini melibatkan segi persepsi resiko, gara-gara pegawai tempat tinggal sakit terlalu dekat terhadap efek pekerjaan yang melibatkan nyawa manusia. Para responden ini terdiri berasal dari 53% tenaga medis (dokter dan perawat), 8% tenaga farmasi (apoteker dan pegawai farmasi), dan sisanya adalah pegawai administrasi Sistem Manajemen Rumah Sakit .

Dari penelitian tersebut, ternyata persepsi pegawai terhadap manfaat SIMRS merupakan segi terkuat yang mendasari keinginan pegawai RS didalam memakai SIMRS didalam lingkungan kerjanya. Namun segi lainnya juga tidak kalah penting, persepsi kemudahan didalam penggunaan, merupakan segi yang mempengaruhi persepsi pegawai terhadap kegunaan. Dalam artian, jika pegawai berasumsi bahwa terlalu gampang dikala memakai sebuah sistem, maka proses tersebut juga bermanfaat didalam mendukung mereka menyelesaikan pekerjaannya. Sayangnya, segi persepsi terhadap efek tidak miliki efek yang vital didalam penerimaan keberadaan SIMRS.

Kesimpulannya, mindset pegawai tempat tinggal sakit menjadi segi penentu keberhasilan implementasi SIMRS didalam tiap tiap tempat tinggal sakit. Sehingga manajemen tempat tinggal sakit

perlu memperhatikan para pegawai tempat tinggal sakit dikala memutuskan untuk mengimplementasikan SIMRS terhadap tempat tinggal sakitnya. Dengan memberi pelatihan dan sosialisasi terkait manfaat dan potensi implementasi SIMRS yang intens, proses implementasi SIMRS terhadap tempat tinggal sakit tersebut bakal berjalan lancar. Pelatihan terkait langkah memakai SIMRS harus dilaksanakan secara berkala, supaya para pegawai miliki persepsi yang positif terhadap kemudahan penggunaan SIMRS.

Mindset pegawai tidak bisa saja mampu terbentuk didalam waktu singkat, harus ada dorongan rutin didalam pembentukan mindset ini supaya pegawai tempat tinggal sakit mampu berasumsi SIMRS sebagai penolong, bukan jadi meningkatkan beban mereka didalam bekerja. Dengan keterbatasan penelitian ini, para peneliti menghendaki selanjutnya mampu mengulas tingkat manfaat dan pengalaman pengguna terhadap aplikasi SIMRS. Supaya penilaian terhadap kemudahan penggunaan proses tidak cuma berdasarkan persepsi pengguna.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *